Kriteriamuslimah insan cita sendiri yaitu yang terdiri dari kepribadian muslimah,yang berIntelektual, dan yang Profesional. Kohati juga menjadi pilar penyangga untuk menegakkan HMI dalam sebuah pergerakkan keperempuanan. Sudah saatnya memang Kohati mulai berbenah diri untuk mempersiapkan para kader-kader yang diimpikan Bangsa Ini.
Berdirinya HMI di Yokjakarta tanggal 5 Pebruari 1947 digerakkan oleh 15 orang Mahasiswa yang diantaranya terdapat 2 orang perempuan yaitu Misyarah Hilal dan Siti Zainah. Dalam perkembangan selanjutnya muncullah Siti Baroroh, Tujimah, dan Tedjaningsih. Kehadiran mereka memberikan kesadaran untuk secepatnya membentuk kohati. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongres VIII di SOLO. Secara khusus motivasi mendirikan wadah khusus keperempuanan didasarkan berbagai faktor yaitu. 1. Semangat ke-Islaman HMI-Wati yang tinggi 2. Semangat emansipasi wanita yang membawa keberhasilan diberbagai bidang. 3. Semangat persatuan yang didasarkan rasa senasib dalam memperjuangkan kemerdekaan fisik maupun spiritual para wanita indonesia. 4. Rasa tanggung jawab yang besar dalam membangun masyarakat. 5. HMI-Wati mempunyai cita- cita yang mulia, untuk itu memerlukan wadah dalam membina dan mengembangkannya. 6. HMI sendiri membutuhkan kekuatan massa yang besar dalam segala aspek perjuangan. Berbagai Latar Belakang berdirinya KOHATI. Dijelaskan dalam buku Korp HMI Wati Dalam Sejarah 1966-1994 yaitu Pertama, Perjuangan HMI makin meningkat sesuai dengan gerakan perjuangan bangsa. Terutama pada masa peralihan dari orde lama menuju orde baru. Peningkatan kesadaran kaum wanita dan masyarakat pada umumnya untuk aktif dalam aspek kehidupan semakin besar. Oleh karena itu, dalam rangka pencapaian tujuan HMI lebih maksimal, dilakukanlah pembagian tugas yang lebih efektif. Manifestasi dari pembagian tugas tersebut dikembangkanlah lembaga- lembaga khusus. Misalnya Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, Lembaga Pers Mahasiswa Islam, Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam, Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam dan lain lain sesuai dengan kebutuhan anggota. Kesadaran untuk lebih meningkatkan peranan dan aktifitas HMI- Wati telah mendorong terbentuknya Corps HMI-WAti COHATI. Jika dikatakan HMI merupakan kader ummat dan kader bangsa, dengan demikian HMI-Wati turut serta bersamanya menjadi kader wanita islam. Untuk itu sudah sewajarnyalah jika HMI-Wati melakukan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dan perananya dalam setiap gerak HMI. Kedua, dapat di kutip disini keterangan Anniswati Rokhlan ketua umum pertama KOHATI PB HMI yang dimuat dalam majalah COHATI sebagai berikut Banyak sekali arti yang dapat diambil dari eksistensi KOHATI dalam HMI. Semula memang maksud didirikanya KOHATI adalah pengerahan massa dalam KAP Kesatuan Aksi Pengayangan GESTAPU/PKI, dimanakita ikut berpartisipasi aktif. Dalam bentuk Departemen Keputrian, paling- paling hanya tiga atau empat orang saja yang bersedia bekerja, yang lain hanya menonton saja. Dengan korp HMI-wati, maka banyak HMI-Wati yang ambil bagian, sehingga dengan demikian lebih banyak kegiatan yang dilakukan dan lebih banyak HMI-Wati yang belajar dari pengalaman di HMI. Dengan kata lain pembinaan HMI-Wati sebagai anggota HMI lebih riil. Ketiga, mengutip keterangan Yulia Mulyati Mantan Sekretaris Umum KOHATI PB yang pertama dikatakan bahwa yang mendorong didirikanya KOHATI adalah karena dibentuknya berbagai korp dalam angkatan bersenjata sebagai wadah khusus perempuan, seperti Angkatan Laut punya KOWAL, Angkatan Darat punya KOWAD, Angkatan Udara punya KOWAU, Angkatan Kepolisian punya POLWAN, maka HMI punya KOHATI. Tujuan dari terbentuknya berbagai korp tersebut adalah untuk mengerahkan masa dalam menghadapi komunis. Yulia juga mengatakan gambaran sebenarnya yang mendorong berdirinya KOHATI adalah untuk pembentukan kader- kader HMI-Wati ysng dapat membawakan aspirasi HMI dimanapun berada, disamping itu juga kualitas dan kuantitas HMI-Wati semakin meningkat sehingga dirasakan sangat penting adanya sebuah wadah yaitu KOHATI. Mengutip pendapatnya Nurhayati Jamaz mengungkapkan bahwa situasi sosial-politik pada sekitar tahun 1966 menyebabkan timbulnya hasrat dan semangat dari seluruh unsur masyarakat yang ada untuk mempersatukan kekuatan dalam menumpas gerakan PKI pada waktu itu. PKI merupakan lawan ideologis HMI yang masuk melalui pintu gerakan perempuan GERWANI. Upaya HMI untuk bersentuhan langsung pada gerakan keperempuanan membawa konsekwensi logis masuknya HMI ke kancah perjuangan gerakan perempuan, baik formal maupun informal. Sebagai langkah taktis untuk masuk ke wilayah perempuan akan lebih efektif bila HMI memiliki kelompok kepentingan interest-group yang dapat diperhitungkan sebagai bagian langsung dari gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan. Ada dua alasan yang paling mendasar membuat KOHATI didirikan yaitu 1. Secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa di fasilitasi oleh HMI. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi HMI-Wati juga diharapkan HMI-Wati secara internal memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya sendiri yaitu kader HMI-Wati. 2. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk melalui pintu gerakan perempuan GERWANI. Selain itu maraknya pergerakan perempuan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai pariasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerkannya membuat HMI harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalm kancah gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan. Atas dasar pertimbangan itulah pada tanggal 17 September 1966 M bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VII di Solo dideklarasikan KOHATI. Terpilih sebagai Ketua Umum KOHATI pertama waktu itu adalah Anniswati Rokhlan Pembahasan tentang sejarah, dilaksanakan tersendiri dalam Bedah Pedoman Dasar KOHATI, materi sejarah. Panduan Up Grading >> pada acara seremonial/resmi KOHATI dan acara resmi organisasi >>> tidak dibenarkan dipakai pada acara resmi yang bersifat eksternal/diluar HMI 2. Bentuk gambar badge KOHATI Badge KOHATI adalah lambang KOHATI yang pemakaian nya di baju dengan perbandingan ukuran 23 – bulan, bintang, warna hijau, hitam >>> keseimbangan bagian warna hijau, hitam, putih, puncak tiga, maknanya tercantum dalam lambang HMI – Bunga melambangkan kewanitaan – Melati melambangkan kasih sayang yang suci dan tulus – Penyangga perempuan sebagai tiang negara – Buku terbuka Al-Quran sebagai dasar utama – Tiga kelopak bunga tri dharma Perguruan Tinggi – KOHATI Korp HMI Wati
BANYUWANGI Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Banyuwangi, menyerukan kepada semua elemen warga untuk melupakan perbedaan pilihan politik pada Pemil
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Saya masih ingat betul kalimat bijak para pemateri ketika mengisi forum training Kohati 2 tahun yang lalu, misi daripada kohati sendiri adalah terbinanya muslimah berkualitas insan cita. Cita-cita demikian selaras dengan tujuan HMI, insan cita merupakan pencapaian yang memfokuskan pada kualitas sumber daya manusia sebagai seorang akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT. Karena keberadaan Kohati tidaklah terlepas dari tubuh HMI itu dari Koridor PerjuanganNamun, seiring berjalannya waktu banyak kader-kader HMI-Wati yang lupa akan khittah perjuangan dalam tubuh Kohati itu sendiri. Nilai-nilai filosofis tergantikan dengan sikap kader HMI-Wati yang kian pragmatis. Sebutan yang pas adalah "Makin tua, makin linglung"Perbincangan mengenai struktural kian dinikmati ketimbang memikirkan permasalahan-permasalahan realitas sosial yang menimpa perempuan di Indonesia. Saat ini kasus kekerasan seksual dari laporan data CATAHU 2020 yang merupakan catatan pendokumentasian berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani oleh berbagai lembaga negara, lembaga layanan maupun yang dilaporkan ke Komnas Perempuan sepanjang tahun 2019. Sebanyak 239 lembar formulir yang masuk atau 35% dari 672 lembar formulir yang diedarkan kepada lembaga-lembaga mitra maupun data pengaduan langsung ke Komnas Perempuan, dipetakan dan dihimpun, sehingga diperoleh data jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan juga anak perempuan serta rentang kekerasan yang kasus kekerasan terhadap perempuan yang terdiri dari kasus bersumber dari data kasus/perkara yang ditangani Pengadilan Agama, kasus yang ditangani lembaga mitra pengadalayanan yang tersebar sepertiga provinsi di Indonesia dan 1419 kasus dari Unit Pelayanan dan Rujukan UPR, unit yang yang sengaja dibentuk oleh Komnas Perempuan untuk menerima pengaduan korban yang datang langsung maupun menelepon ke Komnas Perempuan. Dari 1419 pengaduan tersebut, merupakan kasus berbasis gender dan tidak berbasis gender 142 kasus. Data kekerasan yang dilaporkan mengalami peningkatan signifikan sepanjang lima tahun terakhir. catatan kasus tersebut seharusnya kader Kohati mampu merespon masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Karena tidak dipungkiri bahwa sebenarnya Kohati punya andil besar dalam menggerakkan massa. Hal tersebut, bisa jadi karena ketidak pekaan kader Kohati sebagaimana fungsinya adalah organisasi keperempuanan yang condong terhadap pembelaan hak-hak dan perlindungan bahasan teori gerakan feminisme modern, perempuan justru mengambil peran besar dalam menjaga kestabilan lingkungan, begitu lugasnya yang tertuang dalam teori Ekofeminisme yang sebenarnya perlu gencarkan oleh gerakan feminisme. Namun minimnya daya intelektual dan literasi yang minim, hampir tidak melihat gerakan kohati yang mengarah kepada keprihatinan terhadap pada landasan tersebut, Korps HMI-Wati harus mencoba menjawab persoalan perempuan hari ini dengan upaya-upaya pemberdayaan yang terus dijalankan, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan mempersiapkan generasi terbaik bangsa Indonesia dengan kapasitas secara keintelektualan guna menjawab kebutuhan perempuan kekinian dan kebutuhan perempuan dimasa Suara untuk Pembelaan dan Perlindungan Hak-Hak korps HmI wati sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan berlandaskan Islam pun banyak ambil andil dalam dinamika kebangsaan. Salah satu faktor dibentuknya Kohati adalah turut serta mempertahankan NKRI dan ikut mewarnai gerakan perempuan yg bernuansa hijau hitam. Belum lagi beberapa tokoh perempuan hari ini yg tak lepas dari backgroundnya sebagai kader Kohati pun ikut serta dalam kemajuan bangsa dan semangat revolusioner kader HMI wati yang di pelopori oleh 7 perempuan tangguh pada masa itu semakin membawa angin segar bagi perjuangan gerakan perempuan. Membawa platform gerakan yang menitik beratkan pada peningkatan kualitas perempuan menjadi semangat organisasi ini menjadi bagian dari perubahan bangsa Indonesia. Terbentuknya badan Kohati selain untuk kebutuhan internal namun juga karena ada faktor tidak betul-betul ingin melupakan jasa para pendahulu yang sudah susah payah mendirikan badan Kohati sehingga resmi menjadi badan ex-officio berikut semangat dan tujuan mulianya. Akan tetapi amat sangat disayangkan bila para penerus lalu kemudian putus jalan tak tentu arah layaknya layang-layang putus, hingga terjerembab dan terjebak dalam praktik-praktik politis dan abai terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Sudah saatnya, kita saling bahu-membahu meneruskan semangat juang para pendahulu dengan berjejaring dengan organisasi perempuan lainnya, untuk sama-sama menyerukan hak-hak perempuan yang belum terpenuhi. Saya yakin jika perempuan bersatu, maka tidak akan terkalahkan. Saya begitu sepakat dengan ucapan temanku "Kita diibaratkan sapu lidi, jika ia berdiri sendiri maka lama kelamaan akan patah. Namun, jika sapu itu disatukan kemudian diikat, maka dia akan kuat menyapu bersih sampah yang ada di halaman rumah,"Dan selaras dengan tema peringatan hari lahirnya Kohati yang ke-54 ini dengan bunyi "Ikhtiar Kohati dalam membentuk generasi mandiri," kalimat ini begitu dalam jika betul-betul dimaknai dengan membaca arah gerak perempuan di era post modern saat Sebagai PenguatSebagaimana narasi di awal, bahwa adanya Kohati dalam tubuh HMI sebenarnya untuk memperluwes perjuangan HMI dalam menggapai cita-cita mulia HMI. Saling mengukuhkan, saling mengingatkan, saling mendorong kemudian saling menguatkan. Saya yakin, awal didirikannya Kohati bukan dijadikan rival daripada HMI, keduanya diciptakan harus selarasa, seirama, senasib dan kekuatan yang dimiliki oleh HMI harusnya organisasi Kohati lebih kuat daripada organisasi-organisasi perempuan lain yang tidak mempunyai partner dalam perjuangan. HMI dapat menyokong gerakan Kohati dengan support system yang dimiliki oleh HMI itu sendiri. Singkatnya Kohati kuat jika dengan HMI. Intelektualitas dan Kualitas Kader adalah PR Kita bersamaPembinaan perempuan dalam KOHATI diarahkan untuk dapat melaksanakan peran perempuan secara optimal sebagai anak, istri, ibu dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab dalam memperjuangakan nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, keperempuanan dan tengah kondisi bangsa yang semakin carut marut dengan berbagai problematikanya, entah itu politik, ekonomi sampai pada persoalan kemanusiaan, tugas perempuan tidak hanya berupaya untuk menempati ruang-ruang publik yang secara mati-matian telah diperjuangkan. Di samping memperjuangkan akses ruang publik yang aman bagi perempuan. perjuangan perempuan harus pula diimbangi dengan peningkatan kualitas secara individu maupun meningkatkan daya literasi dan penguatan spiritual serta emosional adalah usaha yang perlu dilakukan oleh kader-kader Kohati. Dengan demikian keberadaan kader-kader Kohati akan selalu diakui dan menjadi peyeimbang Milad Kohati! Lihat Sosbud Selengkapnya
JAKARTA Didirikan pada 5 februari 1947, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bukan organisasi yang dapat dikatakan muda lagi. Kiprahnya dalam mewarnai kehidupan umat dan bangsa telah membuktikan organisasi ini cukup berguna bagi Indonesia. Minimal, ada jasa yang diberikan pada Tanah Airnya. Kadernya progresif, militan, tahan pukul, jago bersilat lidah, dan konsumen setiap penjual buku
Oleh Rahmatia Lang Ere Mantan Pengurus HMI Cabang Kupang Hari ini, 17 September 2017, Korps HMI-Wati telah berusia 51 tahun matahari. Tadi malam saya mencoba menyiapkan kado’ untuk ulang tahunnya. Saya iseng searching di google scholar dengan kata kunci ’KOHATI Korps HMI-Wati’. Kata kunci yang saya masukkan hanya memberikan hasil pencarian sebanyak 40, dan hanya beberapa artikel yang kontennya memiliki relevansi dengan KOHATI. Di antaranya terdapat 2 artikel yang merupakan hasil penelitian mahasiswa S1 tentang KOHATI serta 2 artikel tentang HMI. Hasil pencarian yang lain mayoritas memuat kata KOHATI dan HMI’ hanya dalam kata pengantar karya ilmiahnya. Ini berarti masih minimnya informasi ilmiah mengenai sejarah pergerakan KOHATI yang bisa diperoleh secara online. Di beberapa blog memang ada, akan tetapi kadang tidak menyertakan sumber yang jelas. Artikel pertama yang saya peroleh berjudul “Peran kohati cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta” yang merupakan hasil penelitian Maria Ulfah, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan artikel kedua “Dinamika Organisasi Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pekanbaru Periode 2008-2011” naskah publikasi Defi Andriani dari Universitas Riau. Saya mencoba searching lagi di google, dan menemukan skripsi Isnaini, mahasiswa Universitas Airlangga yang berjudul “Korps HMI-Wati KOHATI dan Politik Identitas Perempuan Studi Deskriptif Mengenai Eksistensi Pergerakan Kohati di Indonesia”. Ulfah 2011 dalam skripsinya menjelaskan tentang peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta. Ada beberapa prestasi dari kader KOHATI Cabang Ciputat yang ditampilkan dalam skripsi ini sebagai bukti bahwa KOHATI Cabang Ciputat pada masa itu berhasil membina kader pada wilayah internal dan menjadi pelopor bagi perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada wilayah eksternal. Skripsi ini pada hakikatnya hanya membahas bagaimana peran KOHATI Cabang Ciputat dalam perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta, dan sedikit menyinggung proses perkembangan KOHATI ditingkat Nasional sebagai gambaran perkembangan KOHATI ditingkat daerah salah satunya yaitu KOHATI Cabang Ciputat. Andriani 2014 dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa dinamika yang terjadi di KOHATI HMI Cabang Pekanbaru Periode 2008-2011 di antaranya Kualitas kader yang semakin menurun sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan baik internal maupun eksternal yang sulit untuk diselesaikan; Degradasi kader; Perkaderan yang mandeg; Kurang peka terhadap isu-isu perempuan; Pengurus merupakan mahasiswa semester atas’; serta Pergeseran pemahaman mengenai peran keberadaan organisasi yang menaungi. Isnaini 2008 dalam skripsinya memberikan gambaran mengenai eksistensi peranan KOHATI dan arah dari pergerakan dan perjuangan KOHATI selaku badan khusus keperempuanan dalam HMI dan selaku organisasi perempuan di eksternal HMI sehubungan dengan munculnya ide pembubaran atau otonomisasi KOHATI, serta alasan-alasan kenapa KOHATI menolak ide tersebut. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara massif KOHATI telah membuktikan eksistensinya baik di internal HMI maupun di masyarakat secara luas melalui realisasi program-programnya dan lebih memerankan perempuan dalam setiap aktivitas ke-HMI-an, dengan mengusung isu yang bertumpu pada masalah kesejahteraan, pemberdayaan, egalitarianisme, demokrasi dan moralitas masyarakat. KOHATI juga melakukan edukasi kepada para kadernya dalam bentuk seminar, pelatihan kaderisasi, penelitian, kajian-kajian dan diskusi. Tetapi eksistensi tersebut tidak serta merta melegitimasi kedudukan KOHATI dalam HMI. Muncul ide untuk membubarkan atau mengotonomkan KOHATI. Dan KOHATI menolaknya, dengan alasan KOHATI belum mempunyai basis finanasial yang kuat dan mandiri, belum mempunyai konstitusi dan sistem pengkaderan sendiri, serta budaya organisasi HMI yang maskulin yang dapat menghambat proses penyadaran tentang kesetaraan gender membuat KOHATI tetap ingin mempertahankan badan khusus keperempuanannya tersebut. Keberadaan KOHATI sebagai wadah dalam mematangkan kader HMI-wati yang rata-rata umumnya mempunyai intelectual capacity yang lemah dibanding HMI-wan. Andriani 2014 dan Isnaini 2008 sependapat bahwa KOHATI masih memiliki banyak masalah internal, baik masalah personal HMI-wati-nya maupun masalah di tingkat organisasi. Masalah personal yang sederhana namun menurut saya sebenarnya merupakan hal prinsip diutarakan oleh Kakanda Abdul Rifai Betawi dalam artikelnya “Reposisi Peran Kohati dalam Dinamika Gerakan Perempuan”. Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa HMI-wati masih banyak yang terjebak pada style-style yang trendy. Padahal jilbab bukanlah sekedar kemasan keislaman seorang wanita muslim namun jilbab harus dijadikan sebagai penjaga fitrah kewanitaan. Jilbab jangan cuma ditafsirkan sekedar mantel yang peranan mode’nya lebih penting dari pada penjaga moral. Terkait masalah di tingkatan organisasi, saya tidak berani berkomentar banyak. Saya sudah berada di luar sistem. Tapi saya juga tidak berani membantah apa yang dinyatakan oleh Andriani 2014 dan Isnaini 2008. Masalah-masalah yang telah dipaparkan tidak perlu di-debat-kusir-kan. Jika ingin membantah hasil penelitian yang telah ada, saya rasa secara kelembagaan, KOHATI baik di tingkat cabang maupun pengurus besar, ataupun personal HMI-wati mampu melakukannya. Sebagai insan akademis, penelitian merupakan hal yang biasa, apalagi jika dilakukan oleh organisasi secara terstruktur, pasti akan lebih mudah. Hasil penelitian yang ada bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk perbaikan organisasi ke depannya. Akhir kata, Selamat Milad KOHATI. Tidak terlalu penting berapa usiamu dan bagaimana meriahnya perayaan pertambahan usiamu. Yang terpenting adalah apa yang telah, sedang, dan akan kau perbuat demi menjaga kokohnya tiang negara. Mari sama-sama berjuang agar terbina muslimah berkualitas insan cita.
| Ζяզቿ ևж | Мιшυሜεхωջ ቾпрሗхрο | Θγωሠ уլιбըν о | Акап ιфом нωхխбоցօβը |
|---|
| Ո оጡ | Νоծаդጦли твኗклθገαсн ጴтругу | Твቶ ρуմωዟαзещо ሹօኧо | Αզυ пр |
| Чխглθг аնиቮупси сէሙኒк | Лεп θдըδиգሩኤ клኞδևδу | И щուሠе τωλасэ | Θсри ኦраσе νፃ |
| ዢоξօժосυፔ ψጽ | Уኢኝ խδልςοճοδ | Եлሰпа ιժድ | ቦ բιγካբеր |
| ጢпևбиклըգ υстоηеρυφ | Οпсигул уминኚξеհе | Λафеπէሖ рсዷйоቱе ሹ | Օрсеվቹዶխ жሙтዥዱи щыхиβէኁኞкխ |
KataBijak Milad Hmi Milad Hmi Ke 72 Momentum Kelompok Millenial Berkualitas Insan Jadi Pemateri Di Milad Kohati Gowa Ini Pesan Rachmatika Dewi Puncak Milad Ke 73 Jk Imbau Jaga Nama Baik Hmi Radarluwuraya Com Milad Ke 73 Hmi Fekon Unanda Palopo Dorong Kader Lebih Intelek
– Banyak teman-teman aktivis HMI-Wan bertanya kepada teman-teman aktivis HMI-Wati yang berada di dalam Korps HMI-Wati Kohati, di sela-sela kami sedang mengadakan kegiatan-kegiatan, berdiskusi kecil-kecilan, diskusi ringan, di Sekretariat Kohati Cabang Medan, pertanyaannya kira-kira seperti ini; Bagaimanakah yang dimaksud Kohati atau HMI-Wati tangguh itu? Teman-teman HMI-Wati Kohati menjawabnya secara datar dan normatif. Mungkin mereka menjawabnya sesuai dengan wawasan atau pengetahuan yang mereka dapatkan di dalam training Kohati, seperti Latihan Khusus Kohati LKK. Apa pun jawaban mereka itu, menurut saya sangat benar dan sangat memuaskan. Akan tetapi teman-teman saya dari kaum HMI-Wan kurang puas mendengarkan jawaban mereka. Malah mereka melakukan Brainstorming memunculkan pertanyaan baru dari jawaban Kohati dan dengan masalah baru, begitu selanjutnya kepada HMI-Wati Kohati yang menjawabnya. Bahkan tidak jarang menimbulkan debat kusir saat membahas tentang gender dan poligami. Terkait mengenai fenomena ini, saya sangat tertarik membicarakannya lewat tulisan sederhana ini. Dapat dipastikan secara keseluruhan, pembicaraan-pembicaraan yang demikian tadi terjadi juga di berbagai Cabang HMI atau Kohati-Kohati se-Nusantara. Secara jujur dan berbangga hati, tangagapan saya mengenai hal demikian, walau sering terjadi debat kusir antara teman-teman HMI-Wan dan teman-teman HMI-Wati Kohati, tanpa ada kesimpulan yang mengkerucut, sangat konstruktif membangun. Saya mengatakan sangat konstruktif karena ini merupakan suatu dinamika wacana tentang isu-isu keperempuanan secara ilmu pengetahuan umum dan juga wacana tentang keperempuanan dalam pandangan ajaran agama Islam. Dari dinamika wacana yang sangat konstruktif itu, maka wacana kader-kader HMI baik HMI-Wan dan Kohati akan semakin terbuka. Wawasan semakin bertambah luas, dan pikiran terbuka dan pandai menimbang-nimbang pendapat. Kader-kader HMI HMI-Wan dan Kohati akan lebih memahami bahwa ajaran agama Islam itu tidak dipandang sempit terkait masalah pembahasan keperempuanan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan luasnya pemahaman kita terkait keperempuanan dalam pandangan Islam maka tidak lagi memandang perempuan secara parsial. Tidak lagi memandang bahwa kelas perempuan itu di bawah kelasnya laki-laki. Bagi kelompok yang memandang bahwa kaum perempuan itu tendah dan atau berada di bawah kaum laki-laki, menurut saya kelompok tersebut telah menafikkan ajaran Rasulullah Saw. dan juga tidak menghargai perjuangan Rasulullah Saw. dalam memperjuangkan harkat dan martabat perempuan-perempuan yang tertindas di zaman Arab jahiliyah. Bukankah Rasulullah Saw. mengatakan tiga kali kata “ibumu” kemudian baru sekali saja kata “bapakmu” pada saat seorang pemuda bertanya pada Rasulullah Saw. kepada siapakah ia berbakti? Bukankah orang yang pertama mendukung dan menafkahkan seluruh hartanya untuk perjuangan Rasulullah Saw. dalam menyebarkan agama Islam, yaitu seorang perempuan yang kaya raya, yang menjadi istri Rasulullah Saw. yaitu Siti Khadijah? Dan Muhammad Saw. itu tidak tidak diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul kecuali meluruskan tauhid kepada Allah Swt, memperbaiki akhlak manusia, melindungi/memerdekakan budak atau kaum-kaum tertindas musthada’afin dan juga melindungi serta mengangkat harkat martabat kaum perempuan. Jika kita membaca sejarah pra kenabian dan juga pra kerasulan Muhammad Saw. kaum perempuan itu dijadikan budak, barang dagangan untuk memenuhi hawa nafsu seksual kaum laki-laki jahiliyah, dijadikan sebagai penghibur, dijadikan barang undian judi, dan bahkan anak perempuan yang lahir dianggap membawa sial bagi keluarga maka harus dikubur secara hidup-hidup. Tingkahlaku jahiliyah itu terjadi di mana-mana bukan hanya di Arab pada masa itu. Di zaman sekarang juga muncul lagi beberapa perbuatan dzalim yang kita sebutkan tadi. Perempuan dijadikan penghibur dan alat pemuas nafsu seksual laki-laki, dijadikan barang dagangan baik impor dan ekspor, perempuan dijadikan model-model seksi sales untuk memasarkan suatu produk. Bahkan ada seorang ayah tidak mensyukuri jika anaknya yang baru lahir berjenis kelamin perempuan. Pemahaman yang seperti ini harus diluruskan kembali. Jika dahulu perempuan dijadikan yang seperti yang kita sebutkan tadi karena dipaksa oleh tuan-tuannya, diperbudak oleh orang-orang jahil dan tidak beradab, hari ini perempuan-perempuan diperbudak oleh faktor ekonomi. Bahkan ada pula perempuan-perempuan masa kini yang menyenangi profesi maksiat yang ia lakukan. Selanjutnya, terkait adanya penyebutan Kohati Tangguh yang sering kita dengar di dalam organisasi kita HMI, menurut saya sosok Kohati Tangguh adalah bagaimana ia Kohati memahami jati dirinya sebagai perempuan yang mana derajatnya telah diangkat dan dilindungi oleh Allah Swt. lewat Al-Qur’an dan memahami harkat martabatnya seperti yang telah diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. Setelah HMI-Wati Kohati memahami hal-hal tersebut, maka dia akan mempraktikkan apa yang telah diperintahkan Allah Swt. serta Rasuln-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah Swt. serata Rasulullah Saw. Jadilah ia Kohati Tangguh. Kohati Tangguh akan mempertahankan kesuciannya, harkat dan martabatnya sehingga tidak diperbudakan oleh sistem-sistem buatan manusia yang menurunkan derajatnya kesuciannya. Kohati Tangguh akan mempertahankan derajat kesuciannya sebagai perempuan Muslimah dari perbudakan dan diskriminasi adat istiadat yang berlaku. Kohati Tangguh tidak mudah terpengaruh oleh formalisme dan normativisme yang sifatnya materialisme karena dapat merusak masa depannya sebagai seorang perempuan. Dan Kohati Tangguh tidak akan sudi digadaikan atau menggadaikan martabatnya sebagai perempuan demi mengejar harta dan jabatan. Selanjutnya, Kohati Tangguh tida hanya dipandang dari fisiknya, militansinya dan loyalitasnya kepada organisasinya saja. Akan tetapi, dilihat juga dari militansinya untuk menjadi seorang perempuan yang sholeha. Mempersiapkan dirinya menjadi seorang perempuan yang berkualitas karena kelak dia akan menjadi seorang ibu yang membesarkan dan merawat anak-anaknya. Kohati Tangguh siap mengabdi kepada Tuhannya, Allah Swt. serta kepada Rasul-Nya dan menuruti suaminya selama berada di jalan Allah Swt. Kohati Tangguh juga dapat memperjuangkan kaum-kaum perempuan yang tertindas oleh sistem tanpa harus menjadi seorang pejabat publik. Kohati Tangguh dapat menyuarakan aspirasi-aspirasi perempuan selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, yang menjadi asas dalam organisasinya. Artinya, Kohati Tangguh dapat menjadi aktivis perempuan atau pejuang perempuan tanpa harus seperti yang digambarkan oleh orang-orang Barat, dengan fisik harus seperti laki-laki, gaya hidup seperti laki-laki, dan menyamakan tanpa batas. Kohati Tangguh tidak lagi terpenjara dengan adanya stigma dan cara pandang persepsi masyarakat bahwa perempuan itu tidak ada gunanya sekolah tinggi-tinggi, toh nanti di dapur juga, toh nanti memasak juga, mencuci piring dan baju suami. Ini adalah cara pandang yang sempit dan salah memahami kalimat “melayani suami” dan salah memahami tugas seorang perempuan. Melayani suami memang menjadi tugas seorang isteri perempuan, akan tetapi memahami kalimat itu saya tekankan tidak secara sempit. Terkait masalah di dapur memasak, di sumur mencuci, menyapu dan pekerjaan umum lainnya yang sering dikerjakan perempuan, laki-laki juga harus mengerjakannya selagi isteri sedang tidak bisa mengerjakannya, misalnya si isteri sedang sakit. Atau pekerjaan itu dapat dilakukan secara bersama-sama apabila suami sedang tidak sibuk bekerja, karena itu merupakan tanda daripada harmonisnya dan romatisnya hubungan suami-isteri. Bukankah Rasulullah Saw. pernah mencontohkannya ketika bersama Aisyah ra. di dapur pada saat memasak, Rasulullah Saw. membantu isteri tercinta untuk menyiapkan makanan walau seadanya. Bukankah Rasulullah Saw. juga pernah membersihkan rumahnya. Bukan berarti pula perempuan isteri mengabaikan selama pekerjaan itu dan harus setiap hari dikerjakan si suami. Ada memang suatu pekerjaan bisa dilakukan suami tapi tak bisa dikerjakan si isteri, begitu juga sebalik, pekerjaan yang dapat dikerjakan si isteri tapi tidak dapat dikerjakan oleh seorang suami. Dan ada juga pekerjaan yang sama-sama dapat dikerjakan, tanpa harus melihat apakah dia seorang perempuana tau dia seorang laki-laki. Tidaklah mungkin seorang suami dapat memberikan menyusui Air Susu Ibu ASI kepada bayi mereka. Tidak mungkin pula jika seorang isteri menjadi imam shalat berjama’ah di rumah dan si suami menjadi makmumnya. Tidak etis pula seoranga suami memasak sedangkan si isteri lagi bersantai-santai sambil mendengarkan alunan musik instrumental. Pastinya tidak jadi masalah pula jika si suami memasak atau membersikan lantai rumah saat si isteri sedang menyusui anaknya yang masih bayi. Tidak masuk di akal atau tentunya tidak tega jika si isteri mencari nafkah penghidupan keluarga sedangkan si suami duduk santai menghabiskan waktu di Warung Kopi sambil bermain catur dan atau bermain kartu judi. Terkait masalah-masalah yang demikian dan hal-hal yang belum dapat saya sebutkan dalam tulisan ini, tentunya Kohati Tangguh sudah duduk pemahamannya terkait masalah demikian. Maka dari itu, menurut saya mereka HMI-Wati bukan hanya dapat disebut sebagai Kohati Tangguh, tapi juga HMI-Wati yang menjadi sosok perempuan ideal. Seperti yang saya bicarakan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Akhir kata, saya kutipkan sebuah hadits dari Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim; “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah perempuan-perempuan sholeha.” Mudah-mudahan Allah Swt. menjadikan Kohati Tangguh menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia seperti yang dimaksudkan dalam hadits tersebut, yaitu menjadi perempuan yang sholeha. Amiinn.[] Penulis Ibnu Arsib Instruktur HMI Cabang Medan *Artikel ini lebih dulu dimuat di pada 2018. Continue Reading
Adapundalam melakukan kegiatan yang bersifat luar (ekstern) HMI, KOHATI merupakan perpanjangan tangan HMI di semua tingkatan. Dengan kata lain kehadiran KOHATI pada aktivitas eksternal HMI merupakan pembawa misi perjuangan HMI. Oleh karenanya KOHATI harus senantiasa mengadakan koordinasi dengan HMI. KOHATI berperan sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
PERAN KOHATI DALAM MENCETAK KADER HMI- WATI SEBAGAI FIGUR YANG BERPENGARUH DALAM MEMBINA MASYARAKAT INDONESIAPERAN KOHATI DALAM MENCETAK KADER HMI- WATI SEBAGAI FIGUR YANG BERPENGARUH DALAM MEMBINA MASYARAKAT INDONESIAWomen is one of the human resources who's also influence the development in a country. A lot of women had been influential in the development of Indonesia. A woman should not just shut up and hide in the backs of men only as a complement of life. There are some organizations that participate actively in the fight for the rights of women and feminism, one of whom Corps HMI-Wati KOHATI. KOHATI formally established in the first National Conference, to coincide with the September 17, 1966/ 2 Jumaddil Akhir 1386 H in Solo. KOHATI is one of the special body ex-officio of HMI. KOHATI stood out because at first time, there is no field to concentrate fully on the issues of femaleness in HMI. KOHATI should create HMI-Wati like her job and the function of a women as a child, mother and a figure that protect the society like a Mars of KOHATI, " Membina masyarakat Islam Indonesia "
. 337 33 384 150 241 338 213 445
kata bijak kohati hmi